Keramahan Suku Tengger di Ranupane, Gerbang Semeru

NATURE OF INDONESIA

Anugrah Akhmad Nuhri

9/7/20252 min read

Ranupane- Di kaki megah Gunung Semeru, tepatnya di Desa Ranupane, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, hidup sebuah komunitas masyarakat yang dikenal dengan sebutan Suku Tengger. Desa ini berada di wilayah paling barat Lumajang, berbatasan langsung dengan Kabupaten Malang dan Probolinggo. Meski letaknya terpencil, Ranupane memiliki daya tarik yang begitu kuat, bukan hanya karena keindahan alamnya, tetapi juga karena keramahan warganya yang membuat siapa pun betah berlama-lama tinggal di sana.

Ranupane sering dijuluki sebagai “gerbang pendakian Semeru”. Di sini, para pendaki yang hendak menaklukkan puncak Mahameru biasanya memulai perjalanan panjang mereka. Masyarakat setempat, yang mayoritas berprofesi sebagai petani sayur mayur, sopir wisata jeep, dan pemandu wisata, menyambut pendatang dengan penuh kehangatan. Mereka tak segan menawarkan bantuan, mulai dari memberi arahan jalur pendakian hingga menyediakan tempat singgah yang nyaman.

Keramahan warga Tengger tak hanya terasa di kata-kata, tetapi juga di tindakan nyata. Para wisatawan yang datang sering dibuat kagum dengan kesediaan warga membantu, meski dalam kesibukan mereka bekerja di ladang atau mengurus tamu. Seolah ada budaya tak tertulis di Ranupane bahwa setiap pendatang adalah saudara yang patut dihormati. Inilah yang menjadi alasan banyak wisatawan merasa “pulang” ketika berkunjung ke desa kecil di kaki gunung ini.

Selain keramahan, keberagaman agama dan kepercayaan juga menjadi ciri khas masyarakat Ranupane. Di desa ini, umat Islam, Hindu, serta penganut kepercayaan lokal hidup berdampingan dalam harmoni. Meski berbeda keyakinan, semangat kebersamaan tetap terjaga. Pada acara-acara adat, warga bahu-membahu menyukseskan jalannya kegiatan, membuktikan bahwa toleransi bukan sekadar kata, melainkan bagian dari kehidupan sehari-hari.

Cuaca di Ranupane memang sering menjadi tantangan tersendiri. Suhu udara pada malam hari bisa sangat dingin, menusuk tulang hingga mencapai titik beku. Tak jarang, dedaunan di sekitar desa terlihat berlapis es tipis akibat suhu yang ekstrem. Namun, dinginnya udara justru terbayar oleh kehangatan masyarakatnya. Senyum tulus, sapaan hangat, serta keramahan warga Tengger menjadi penghangat alami bagi para pendatang yang mungkin tidak terbiasa dengan udara pegunungan.

Salah satu tempat favorit di Ranupane adalah rest area yang terletak di pinggir Danau Ranupane. Tempat ini sering digunakan oleh pendaki maupun wisatawan untuk beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan. Ada yang sekadar menikmati secangkir kopi hangat sambil memandangi keindahan danau, ada pula yang memilih mendirikan tenda dan bermalam di area sekitar. Tidak jauh dari sana, terdapat juga Danau Ranu Regulo yang sama indahnya, sering dijadikan lokasi berkemah dengan panorama alam yang memukau.

Pesona Ranupane bukan hanya terletak pada keindahan alamnya, tetapi juga pada kearifan lokal masyarakat Tengger. Mereka hidup sederhana, mengandalkan hasil bumi seperti kentang, kubis, wortel, dan berbagai sayuran dataran tinggi. Hasil panen ini tidak hanya menjadi sumber ekonomi, tetapi juga simbol ketekunan mereka menjaga kelestarian tanah pegunungan. Di sisi lain, profesi sebagai sopir jeep atau pengantar wisatawan ke Semeru telah membuka pintu bagi masyarakat untuk terus berinteraksi dengan dunia luar, tanpa kehilangan identitas budaya mereka.

Tak bisa dipungkiri, keramahan suku Tengger di Ranupane adalah bagian dari daya tarik utama wisata Lumajang. Di tengah dinginnya udara pegunungan, masyarakatnya menghadirkan kehangatan yang menyejukkan hati. Bagi para pendaki maupun wisatawan, pengalaman singgah di Ranupane bukan hanya soal menikmati alam yang indah, tetapi juga merasakan ketulusan dalam hubungan antar manusia. Itulah sebabnya, siapa pun yang pernah datang ke Ranupane, biasanya ingin kembali lagi.(AAN)

Ranupane, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur (sumber : dokumentasi ngephoto.com)